Nusakambangan dipisahkan dari Pulau Jawa oleh Segara Anakan sempit selat. Terisolasi dari daratan Jawa, pulau ini relatif belum berkembang dan kurang berpenghuni dan satwa liar lebih baik diawetkan. Sisi timur Teluk adalah sebuah cagar alam daerah di mana sebuah benteng tua jaman Belanda yang terletak di pantai Karangbandung. Sebagai hutan hujan tropis dataran rendah, Nusakambangan secara biologis beragam.
Lebih dari 71 spesies burung yang berbeda, 14 reptil, dan spesies spesies mamalia yang ditemukan di berbagai pulau. Dua puluh tiga spesies burung berada dalam diklasifikasikan sebagai lindung, termasuk Kuntul Karang (Egretta sacra), Black Egret (Ciconia episcopus), Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus), white-bellied elang laut (Haliaeetus leucogaster), elang bondol (Haliastur indus), dan elang Bido (Spilornis cheela). Beberapa lainnya dilindungi spesies mamalia termasuk-hitam tutul macan tutul (Panthera pardus), Jawa kijang (Muntiacus muntjak), dan Jawa kancil (Tragulus javanicus). Empat dari enam primata endemik di Jawa, yaitu Jawa Lutung (Trachypithecus auratus), kepiting-makan Macaque (Macaca fascicularis), Jawa surili (Presbytis comata), dan kukang (Nyctibus sp.), Telah dilaporkan untuk hidup di pulau.
Dari pertengahan 1990-an, pulau itu sebentar-sebentar dipromosikan oleh pemerintah daerah sebagai tujuan wisata, terutama untuk gua, pantai, dan satwa liar yang tidak biasa yang punah di Jawa.
Atraksi terkenal termasuk Permisan pantai (Pantai Permisan) dengan pasir yang indah putih dan abu-abu dekat penjara Permisan mercusuar, Ranca Babakan di pantai barat pulau, White Sands pantai (Pantai Pasir Putih), dan beberapa gua seperti gua Ratu (Goa Ratu). Menurut Kantor Pariwisata Cilacap, Nusakambangan dibuka sebagai tujuan wisata menyusul kesepakatan antara Gubernur Jawa Tengah dan Departemen Kehakiman pada tahun 1996. Pemerintah Cilacap kemudian menginvestasikan sekitar Rp 1,7 milyar dalam persiapan untuk pembukaan pulau, yang sebagian besar digunakan pada pembangunan infrastruktur yang terkait dengan wisata (sekitar $ 200.000). Sebuah lembaga khusus juga dibentuk untuk mengelola pariwisata di pulau itu, dengan Penjara Nusakambangan sipir membuat kepala badan dan Cilacap Kepala Dinas Pariwisata sebagai wakilnya. Tidak ada turis individu diperbolehkan, semua wisatawan dalam kelompok minimal 15 orang yang diatur oleh agen wisata itu akan didampingi oleh petugas keamanan sampai maksimum 6 pm tanpa menginap.
Salah satu acara budaya utama adalah Sedekah Laut (Korban Laut), yang dipegang oleh Kesultanan Surakarta setiap tahun baru dalam kalender Jawa.
Lebih dari 71 spesies burung yang berbeda, 14 reptil, dan spesies spesies mamalia yang ditemukan di berbagai pulau. Dua puluh tiga spesies burung berada dalam diklasifikasikan sebagai lindung, termasuk Kuntul Karang (Egretta sacra), Black Egret (Ciconia episcopus), Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus), white-bellied elang laut (Haliaeetus leucogaster), elang bondol (Haliastur indus), dan elang Bido (Spilornis cheela). Beberapa lainnya dilindungi spesies mamalia termasuk-hitam tutul macan tutul (Panthera pardus), Jawa kijang (Muntiacus muntjak), dan Jawa kancil (Tragulus javanicus). Empat dari enam primata endemik di Jawa, yaitu Jawa Lutung (Trachypithecus auratus), kepiting-makan Macaque (Macaca fascicularis), Jawa surili (Presbytis comata), dan kukang (Nyctibus sp.), Telah dilaporkan untuk hidup di pulau.
Dari pertengahan 1990-an, pulau itu sebentar-sebentar dipromosikan oleh pemerintah daerah sebagai tujuan wisata, terutama untuk gua, pantai, dan satwa liar yang tidak biasa yang punah di Jawa.
Atraksi terkenal termasuk Permisan pantai (Pantai Permisan) dengan pasir yang indah putih dan abu-abu dekat penjara Permisan mercusuar, Ranca Babakan di pantai barat pulau, White Sands pantai (Pantai Pasir Putih), dan beberapa gua seperti gua Ratu (Goa Ratu). Menurut Kantor Pariwisata Cilacap, Nusakambangan dibuka sebagai tujuan wisata menyusul kesepakatan antara Gubernur Jawa Tengah dan Departemen Kehakiman pada tahun 1996. Pemerintah Cilacap kemudian menginvestasikan sekitar Rp 1,7 milyar dalam persiapan untuk pembukaan pulau, yang sebagian besar digunakan pada pembangunan infrastruktur yang terkait dengan wisata (sekitar $ 200.000). Sebuah lembaga khusus juga dibentuk untuk mengelola pariwisata di pulau itu, dengan Penjara Nusakambangan sipir membuat kepala badan dan Cilacap Kepala Dinas Pariwisata sebagai wakilnya. Tidak ada turis individu diperbolehkan, semua wisatawan dalam kelompok minimal 15 orang yang diatur oleh agen wisata itu akan didampingi oleh petugas keamanan sampai maksimum 6 pm tanpa menginap.
Salah satu acara budaya utama adalah Sedekah Laut (Korban Laut), yang dipegang oleh Kesultanan Surakarta setiap tahun baru dalam kalender Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar